5 Cara Membuat Employee Wellness Program yang Baik

membuat employee wellness

Di masa pandemi semakin tinggi tren perusahaan dalam membuat Employee Wellness Program untuk meningkatkan keterikatan karyawan terhadap perusahaan. Namun, dalam membuat Employee Wellness Program dibutuhkan persiapan agar tepat sasaran.

Berdasarkan survei yang bertemakan “2019 Employee Happiness Index”, faktor health & wellness menempati peringkat kedua dari pertanyaan “Benefit apa yang paling penting bagi masing – masing generasi”. Survei ini diikuti oleh karyawan dari generasi baby boomers, generasi X, millennials dan generasi Z.

Baca Juga: 4 Kompetensi HR Manager Masa Kini

Dalam konsep Total Rewards, wellness ataupun well-being masuk dalam elemen work-life yang merupakan salah satu elemen kunci dari konsep tersebut.

Dari pengertiannya, wellness adalah program benefit yang terdiri atas aktivitas apa pun yang dirancang untuk mendukung dan meningkatkan kondisi kesehatan karyawan menjadi lebih baik di lingkungan kerja.

Penerapannya melingkupi pemeriksaan kesehatan, insentif untuk hidup sehat, program kebugaran jasmani, dsb. Program wellness umumnya dikombinasikan dengan program well-being (kesejahteraan) yang melingkupi kegiatan seperti konseling psikologis, spiritual, manajemen stres, dukungan keuangan, perawatan anak, hobi, dsb.

Dengan desain program wellness/well-being yang baik akan memberikan dampak positif yang bersifat tangible bagi perusahaan dan intangible bagi karyawan. Jika seorang karyawan di perusahaan ditanya, “Mengapa kamu senang bekerja di Perusahaan A?” Maka, jawaban yang terlintas oleh karyawan tersebut akan berhubungan dengan wellness/well-being yang didapatkannya atau lingkungan kerja yang nyaman.

Karenanya, penting bagi pemilik bisnis atau HRD dalam memberikan dan mendesain program wellness/well-being yang tepat bagi karyawan sehingga kebahagiaan karyawan yang bersifat intangible dapat terwujud.

Manfaat jangka pendek bagi pemilik bisnis atau HRD yaitu peningkatan engagement karyawan dan produktivitas karyawan yang berbanding lurus dengan pendapatan perusahaan. Sedangkan dalam jangka panjang, program wellness/well-being yang baik bahkan dapat menekan biaya pengeluaran tidak langsung perusahaan yang diakibatkan dari karyawan.

5 Cara Membuat Employee Wellness Program yang Baik

Mengenali Karyawan

Sangat penting bagi pemilik bisnis atau HRD untuk mengetahui pemetaan karyawan. Tindakan ini dapat menentukan program wellness/well-being yang sesuai dengan kebutuhan karyawan.

Jika perusahaan mengetahui demografi karyawan, maka perusahaan dengan mudah mendapatkan gambaran program bagaimana yang dibutuhkan karyawan secara umum maupun spesifik untuk kelompok karyawan tertentu.

Menentukan Tujuan Program

Tantangan bagi HRD untuk menyelenggarakan suatu program wellness/well-being adalah persetujuan dari manajemen. Oleh sebab itu, penting dalam menyelaraskan tujuan program wellnes/well-being dengan tujuan dan prioritas strategi bisnis perusahaan.

Jika tujuan program secara umum sejalan dengan peningkatan revenue serta memberikan dampak positif bagi karyawan, maka kemungkinan besar untuk disetujui.

Pelaksanaan dari cara ini dimisalkan sebagai berikut. Sebuah PT A, bergerak di bidang layanan teknologi informasi dengan banyak karyawan bagian teknis yang merupakan perokok berat dengan tingkat ketidakhadiran kerja yang tinggi karena kesehatan terganggu.

Bagian teknis merupakan tulang punggung di perusahaan sehingga kondisi tersebut mengganggu produktivitas dan menurunkan revenue perusahaan. 

Baca Juga: Tips Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan

Program wellness/well-being yang didesain dapat bertujuan untuk mengurangi persentase karyawan perokok aktif sebanyak sekian persen dalam jangka satu tahun. Diawali dari tujuan tersebut, lalu dapat dirincikan keuntungan bagi perusahaan, efek positif bagi karyawan, rincian programnya serta siapa yang terlibat.

Membuat Anggaran Program

Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pernah mengatakan dalam salah satu pidatonya, “A budget is more than a series of numbers on a page, it is an embodiment of our values”.

Kutipan ini mengimplikasikan bahwa anggaran sebaiknya dialokasikan secara bijak dan dapat mengakomodasi rincian dari program wellness/well-being. Tanpa alokasi anggaran, program berkemungkinan tidak akan berjalan efektif dan efisien.

Mendesain Elemen Program dan Reward Pendukung

Program wellness/wellbeing yang baik adalah program yang saling terelaborasi antar elemen di dalamnya supaya memberikan dampak berganda (multiplier effect). Apabila tujuan program untuk mengurangi persentase perokok aktif, maka elemen program di dalamnya dapat dimulai dari hal yang sederhana seperti olahraga ringan selama 30 menit setiap pagi.

Jika dibutuhkan sampai ke tahap selanjutnya, bisa sampai pada program konseling dan nicotine replacement therapy (NRT). Dengan program ini diharapkan kesehatan karyawan terjaga dan dapat menurunkan risiko penyakit kronis serta persentase karyawan perokok aktif.

Umumnya suatu program dapat berjalan karena adanya penghargaan atau reward bagi yang telah sukses mencapai tujuannya. Reward efektif diberikan untuk mendorong karyawan dari sisi eksternal supaya lebih proaktif berpartisipasi dalam program.

Contoh reward bagi program pengurangan persentase karyawan perokok aktif, dapat berupa voucher belanja bagi karyawan yang berhasil mengurangi satu bungkus rokok per hari selama beberapa bulan.

Untuk membantu implementasi program wellness/well-being termasuk rewards pendukungnya, perusahaan di Indonesia dapat memanfaatkan fitur wellness dan poin karyawan yang tersedia pada platform Payuung Karyawan.  Semua proses di dalamnya dilakukan secara digital sehingga lebih cepat, lebih mudah dan lebih ekonomis.

Mensosialisasikan dan Mengevaluasi Program Employee Wellness yang Telah Dibuat

Faktor komunikasi sangat berpengaruh bagi kesuksesan program wellness/well-being. Divisi HR atau manajemen perusahaan harus mensosialisasikannya secara aktif agar menimbulkan kesan urgensi bagi karyawan. Pesan di dalamnya juga dibuat persuasif untuk menimbulkan keinginan atau dorongan internal dari masing – masing karyawan.

Program wellness/well-being sebaiknya diberikan nama yang unik supaya menarik dan memudahkan karyawan untuk mengingat isi programnya. Contohnya, “Namaste Tuesday” untuk kelas yoga yang diadakan tiap hari Selasa.

Baca Juga: Contoh Laporan HRD dan Cara Membuatnya

Setelah program berjalan sesuai periode yang direncanakan, evaluasi mesti dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Hitung faktor keberhasilan dari dari sisi karyawan maupun nilai return on investment (ROI) bagi perusahaan.

Sehingga dari evaluasi tersebut dapat ditarik kesimpulan apakah program wellness/well-being yang telah dijalankan layak dilanjutkan atau dihentikan.

Demikianlah 5 langkah yang bisa dilakukan oleh perusahaan dalam mendesain program benefit wellness-wellbeing sehingga menghasilkan dampak yang positif, tidak hanya bagi karyawan tapi juga untuk kemajuan perusahaan.

daftar persentasi payuung
Coba Gadjian Sekarang

Baca Juga Artikel Lainnya