Perbedaan Capex dan Opex dan Cara Mengelolanya

Perbedaan Capex dan Opex

Perbedaan Capex dan Opex dan Cara Mengelolanya- Dalam dunia keuangan dan bisnis, terdapat dua istilah yang sering digunakan yaitu Capex dan Opex. Dua hal ini merupakan aplikasi penting dalam anggaran perusahaan. Namun, apa perbedaan Capex dan Opex? Simak pembahasannya!

Pengertian Capex dan Opex dalam Laporan Keuangan 

Capex, singkatan dari belanja modal (capital expenditure), merujuk pada biaya yang terkait dengan pengadaan, pemeliharaan, atau peningkatan aset tetap seperti properti, pabrik, dan peralatan. Contohnya, antara lain membeli gedung pabrik baru, merenovasi fasilitas yang sudah ada, atau membeli mesin. 

Pengeluaran Capex ditujukan untuk pembelian/pengadaan aset yang bisa digunakan jangka panjang atau minimal 1 tahun. Oleh sebab itu, biaya ini dapat mengalami penyusutan nilai dari waktu ke waktu dan menciptakan biaya depresiasi. Pada laporan keuangan, Capex dicatat sebagai aset tetap dan sebagai biaya depresiasi pada laporan laba-rugi perusahaan.

Umumnya, minimum pengeluaran untuk pembelian aset tetap dari anggaran Capex adalah Rp10 juta. Namun, nilai ini disesuaikan lagi dengan skala perusahaannya. 

Di sisi lain, Opex merupakan singkatan dari pengeluaran operasional (operational expenditure) dan merujuk pada biaya sehari-hari dalam menjalankan bisnis, seperti gaji, pajak, sewa, utilitas, dan sebagainya. Biaya ini sering disebut sebagai “pengeluaran saat ini” karena dikeluarkan secara berkelanjutan.

Contoh Opex juga bisa dikategorikan menurut keperluannya. Misalnya, Opex yang berhubungan dengan kompensasi, seperti membayar gaji dan tunjangan mess karyawan. Lalu, biaya operasional yang berkaitan dengan kantor, seperti tagihan sewa dan utilitas, membeli persediaan dan peralatan kantor, biaya IT, dan biaya konsultan hukum. 

Opex juga dialokasikan dalam pengeluaran sales dan marketing. Contohnya, biaya iklan dan pemasaran, biaya perjalanan (visit), dan lain sebagainya.

Dalam laporan keuangan, Opex tercatat sebagai biaya beban. Pengeluaran Opex tidak dilakukan untuk manfaat jangka panjang mengingat ditujukan untuk membiayai kegiatan rutin. Jadi, jika perusahaan mengeluarkan total biaya Opex terlalu besar dan tak terkendali, keuangan perusahaan bisa mengarah ke kesulitan finansial dengan cepat.

Kedua pengeluaran tersebut harus dihitung dan dikelola secara terpisah dalam manajemen keuangan. Tujuannya, agar perusahaan bisa memonitor kesehatan keuangan dan perolehan keuntungan.

Baca Juga: Kenali Aset Perusahaan dan Jenisnya

Kelebihan dan Kekurangan Capex 

Capex and Opex
Kelebihan dan Kekurangan Capex

Ada beberapa keuntungan dalam berinvestasi di Capex. Pertama, investasi Capex memberikan manfaat jangka panjang untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing. Capex juga membantu membangun basis aset perusahaan yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan di masa depan.

Namun, ada juga beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan. 

Investasi Capex melibatkan biaya awal yang besar yang dapat membebani keuangan perusahaan jika tidak dikelola dengan baik. Selain itu, tidak ada jaminan bahwa investasi tersebut akan menghasilkan hasil yang diinginkan dalam hal peningkatan keuntungan atau keunggulan kompetitif.

Keuntungan dan Kekurangan Opex

Opex memiliki kelebihannya sendiri. Salah satunya adalah biaya Opex biasanya lebih mudah dikelola dibandingkan Capex karena tidak memerlukan biaya awal yang besar dan komitmen jangka panjang. Opex juga merupakan pengeluaran yang lebih mudah dikelola nilainya sesuai dengan kondisi pasar atau kebutuhan pelanggan.

Namun, ada juga kelemahan yang perlu dipertimbangkan dalam Opex. 

Biaya Opex cenderung meningkat dari waktu ke waktu karena faktor seperti inflasi, yang dapat membebani keuangan organisasi jika tidak dikelola dengan baik. Selain itu, pengeluaran Opex mungkin tidak memberikan manfaat jangka panjang seperti investasi belanja modal dalam hal peningkatan produktivitas, efisiensi, dan daya saing.

Memahami perbedaan Capex dan Opex sangat penting bagi bisnis untuk membuat keputusan keuangan yang tepat. Dengan mengalokasikan sumber daya dengan baik antara dua jenis pengeluaran ini, perusahaan dapat mengoptimalkan strategi keuangan mereka dan memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan jangka panjang.

Baca Juga: 9 Manfaat Payroll Outsourcing Bagi Bisnis Anda

Contoh Perhitungan Capex dan Opex

1. Capital expenditure (Capex)

Investasi Capex bermanfaat untuk kelancaran aktivitas operasional bisnis terutama jangka panjang. Oleh sebab itu, perhitungan capital expenditure tidak boleh asal-asalan. Kamu perlu tahu cara menghitung Capex yang tepat.

Ada beberapa rumus Capex yang bisa kamu gunakan, antara lain:

Rasio capital investment = annual capital expenditure : total aset perusahaan

atau

CapEx = (PP&E saat ini – PP&E sebelumnya) + biaya depresiasi saat ini

PP&E = Property, Plant, and Equipment (aset tetap dan berwujud milik perusahaan). Jumlah pengeluaran ini akan menunjukkan selisih bersih PP&E.

Cara menghitung Capex sendiri adalah sebagai berikut: 

  1. Perhatikan laporan laba-rugi untuk mengetahui biaya depresiasi atau biaya penyusutan pada periode saat ini.
  2. Temukan dan hitung nilai aset tetap pada periode sebelumnya, lalu buat perhitungan dari selisih total aset periode saat ini dengan total aset periode sebelumnya.
  3. Tambahkan selisih nilai aset tetap tersebut dengan biaya depresiasi di tahun berjalan untuk menentukan nilai CapEx dari periode saat ini.

Sebagai contoh, laporan keuangan PT ABC menunjukkan:

  • Perusahaan ABC mengalami depresiasi pada tahun 2018 sebesar Rp200 juta pada laporan laba-rugi. Di tahun yang sama (2018), neraca menunjukkan PP&E-nya Rp500 juta. Tahun sebelumnya (2017), PP&E berjumlah Rp480 juta. Berapa Capex PT ABC tahun 2018?

Dengan rumus di atas, Capex perusahaan ABC pada tahun 2018 adalah (Rp500 juta – Rp480 juta) + Rp200 juta = Rp220 juta.

cta capex and opex

2. Operational expenditure (Opex)

Alokasi Opex adalah jenis pengeluaran reguler yang paling banyak di perusahaan.  Untuk menghitung Opex, ada beberapa langkah yang harus kamu lakukan, yaitu: 

  1. Kumpulkan dan kategorikan pengeluaran tahun yang akan dihitung
  2. Jumlahkan semua biaya operasional (Opex)

Contoh:

Biaya operasional PT ABC: 

  • Biaya listrik: Rp20 juta per bulan, pembelian bahan baku: Rp30 juta per bulan, gaji karyawan tambahan:Rp50 juta per bulan dan biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin: Rp15 juta per bulan

Total biaya OpEx per bulan = Rp115 juta

Total biaya OpEx per tahun = Rp1,38 miliar

Dengan demikian, PT ABC harus memastikan bahwa biaya operasional Rp1,38 miliar setahun sepadan dengan pendapatan yang dihasilkan alat baru tersebut.

Baca Juga: Tips Sukses Bisnis Ekspor Impor PT Surya Mas Logistik

Praktis Kelola Aset Kantor dengan Aplikasi GAGA

Fitur GAGA

Di lingkungan bisnis yang cepat berubah saat ini, melacak dan mengelola aset secara efektif sangat penting. Untuk menyederhanakan proses tersebut dan mengontrol Capex dan Opex secara lebih baik, perusahaan dapat memanfaatkan aplikasi pelacakan aset, seperti Gadjian General Affairs (GAGA)

Solusi perangkat lunak ini menyediakan laporan aset perusahaan secara real time dan memungkinkan perusahaan untuk melacak penggunaan aset, jadwal pemeliharaan, dan biaya dengan akurat. 

Baca Juga: Potensi Bisnis Kursus Online, Ini yang Paling Diminati!

Dengan mengimplementasikan perangkat aplikasi aset management Gadjian General Affairs atau GAGA, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, dan membuat keputusan berdasarkan data terkait pengeluaran modal dan operasional.
Coba GAGA sekarang agar pelacakan dan pengaturan inventaris perusahaan lebih mudah, tanpa buat spreadsheet.

Coba Gadjian Sekarang

Baca Juga Artikel Lainnya