Pada awal tahun 2017 lalu, Jakarta digemparkan dengan penutupan sekitar 30 (tiga puluh) gerai 7 Eleven (Sevel). Meskipun jatuh-bangun dalam bisnis itu biasa, akan tetapi kabar kebangkrutan mini swalayan yang kerap menjadi tempat ‘nongkrong’ anak muda ini sempat membuat khawatir pelaku usaha sejenis.
Sebelumnya, jaringan toko retail 7-Eleven Australia juga sempat diterpa isu negatif dikarenakan beberapa karyawan melaporkan sistem penggajian yang tidak beres. Dikabarkan, sebagian cabang 7-Eleven telah membayarkan gaji karyawan di bawah upah minimum. Dalam investigasi yang dilakukan oleh pihak internal, terdapat masalah pada 69% dari pembayaran gaji yang dilakukan oleh 225 toko.
Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Upah Minimum dalam Menghitung Gaji Karyawan?
Russell Withers, pendiri toko waralaba global 7-Eleven langsung turun tangan untuk membereskan masalah tersebut. Menurutnya, ada setidaknya 2 (dua) hal yang patut dijadikan pelajaran dari kasus yang menimpa 7-Eleven. Berikut Gadjian rangkum dari ABC Radio Australia:
Penerapan Model Bisnis Franchise Minimarket Serba Ada yang Kurang Tepat
Adanya ratusan cabang 7-Eleven yang tersebar di Australia awalnya dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis franchise. Akan tetapi, dengan semakin banyaknya cabang yang berdiri, regulasi dan sistem yang diberlakukan ternyata semakin longgar sehingga tidak lagi mencerminkan nilai-nilai bisnis 7-Eleven pada awalnya. Untuk itu, Withers melakukan evaluasi atas Perjanjian Kerja Perusahaan dan memastikan mereka patuh kepada syarat-syarat yang terdapat dalam perjanjian tersebut.
Selain itu, Withers juga meminta adanya audit dan kajian lengkap tentang model pembagian keuntungan bisnis sehingga cabang waralaba bisa mendapatkan profit yang optimal. Dengan demikian, diharapkan cara menghitung gaji karyawan menjadi lebih baik pula dan kasus penggajian di bawah upah minimum tidak akan terjadi lagi.
Baca Juga: Perbedaan Upah, Upah Minimum Provinsi, dan Take Home Pay Beserta Cara Menghitung yang Benar
Sistem Pengelolaan Karyawan yang Perlu Dibenahi
Berita tersebut mencuat setelah adanya laporan dari beberapa karyawan yang diminta bekerja dua kali lebih lama dari ketentuan, dengan bayaran setengah dari upah minimum. Ada indikasi eksploitasi karyawan terjadi karena sebagian dari karyawan itu merupakan mahasiswa asing yang sangat membutuhkan uang. Bahkan, mereka diancam akan kehilangan visa jika mereka mengeluhkan upah mereka. Bonus atau upah lembur akhir pekan yang sudah dijanjikan pun tidak kunjung turun.
Withers menyatakan, perusahaannya segera membentuk panel independen sebagai sarana pelaporan perlakuan tidak adil yang diterima oleh karyawan. Dengan perlindungan dan kerahasiaan atas laporan-laporan yang masuk, Withers menjamin akan ada penyelidikan untuk menemukan solusi dalam mengatur pola kerja karyawan.
Kejadian yang menimpa 7-Eleven Australia ini juga kerap terjadi di Indonesia. Hampir setiap tahun terdengar kabar tentang demonstrasi pekerja/buruh yang menuntut penyelesaian masalah gaji.
Maka dari itu, Sahabat Gadjian dapat mengantisipasi hal ini dengan penggunaan aplikasi penggajian karyawan. Gadjian memiliki fitur-fitur yang dapat memantau absensi karyawan dengan akurat, serta melakukan perhitungan lembur karyawan dengan tepat. Selain mudah digunakan, pemanfaatan aplikasi HRD dapat memastikan hak-hak karyawan terpenuhi. Perusahaan pun dapat lebih tenang dalam menjalankan operasionalnya.